DONASI PENGEMBANGAN

DONASI PENGEMBANGAN
A/N. HARDIANTO
REKENING BCA : 2839671258

Thursday 4 October 2012

Angklung Bukan Hanya Sekedar Alat Musik



SK Mentri Pendidikan no 82 tahun 1968 telah menetapkan angklung sebagai  media pendidikan music di sekolah. SK ini memang tidak secara jelas dan barangkali seharusnya oleh peraturan penunjangnya menegaskan mengenai keharusan sekolah menyediakan alat music ini namun dari SK tersebut diperoleh gambaran yang jelas bahwa fungsi dan kedudukan angklung di Sekolah seharusnya merupakan bagian yang terintegrasi bersama keberadaan peralatan penunjang pendidikan lainnya.
Sepengetahuan penulis khususnya mengenai alat music, sampai saat ini belum mengetahui apakah ada perlakuan yang khusus seperti yang diperlakukan kepada angklung sehingga pejabat setingkat Mentri memandang perlu untuk menetapkan fungsinya ke dalam SK khusus mengenai  hal dimaksud. Kenyataan yang memerlukan sikap yang seksama dalam mencermati keberadaan angklung sebagai media pendidikan music tersebut, sehingga pada akhirnya  langkah yang diambil khususnya oleh pengelola sekolah sampai kepada maksud baik yang tersirat maupun yang tersurat oleh SK tersebut.
Selain fungsinya sebagai alat pendekatan music setidaknya ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk memperluas cakrawala pemikiran kita mengenai angklung sehingga diharapkan dapat menjadi penyebab jelasnya kenapa pejabat setingkat Mentri perlu mengeluarkan SK khusus seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Adapun hal-hal yang layak untuk dipertimbangan tersebut meliputi :
1.       Prinsip 5 M (Mudah, Murah, Mendidik,  Masal, dan  Menarik) yang dikemukakan oleh Bapak Angklung Indonesia Daeng Soetigna.
Sebagai seorang pendidik sekaligus seorang anggota Pramuka Daeng Soetigna menandaskan bahwa angklung merupakan alat music yang mudah dimainkan oleh setiap orang, hal tersebut dikarenakan untuk memainkan angklung tidak membutuhkan  manipulasi jari seperti pada latihan untuk penguasaan alat music lainnya. Disamping mudah, angklungpun bersifat murah. Ketersediaan bahan pembuat angklung  berupa bamboo banyak kita temukan di seluruh pelosok nusantara sehingga memudahkan orang untuk membuatnya. Prinsip Mendidik sebagai M berikutnya menandaskan bahwa fungsi kedudukan angklung bukan hanya sekedar alat music melainkan sebagai media pendidikan, baik itu pendidikan music maupun pendidikan budi pekerti dan pembetukan rasa kesatuan bagi pemainnya. Sementara prinsip masal memberikan gambaran kepada kita bahwa angklung dapat dimainkan oleh jumlah orang yang tidak terbatas tergantung ketersediaan alatnya. Dan M terakhir yang berarti Menarik adalah khsusunya angklung Padaeng (angklung bertangga nada diatonic kromatis) dapat membawakan berbagai jenis lagu dari berbagai gentre music sehingga dapat menarik perhatian setiap orang untuk memainkannya.
2.       Angklung Sebagai Wujud nilai Kearifan local
Sejarah Indonesia mencatat bahwa tahun 1030 pada prasasti cibadak diketemukan bukti otentik mengenai keberadaan angklung di Jawa Barat. Sri Jaya Bupati sebagai raja pada waktu itu mengabadikan angklung dalam prasasti yang ditemukan di daerah Cibadak Bogor. Selain daripada itu fungsi angklung seprti yang sudah menjadi cerita tutur (turun temurun) bahwa angklung merupakan alat music yang menyertai ritual yang berkaitan dengan tata cara perlakuan padi sebagai makanan pokok sudah menjadi karakter yang sangat melekat pada penggunaan alat music ini di masa lalu. Sementara bukti lain yang sampai sekarang masih hidup adalah fungsi angklung yang dikemas untuk menyampaikan pesan moral seperti pada bangklung merupakan bukti lain bahwa alat music ini walaupun secara lingkup kedaerahan masih sangat terbatas namun keberadaannya telah menyertai perkembangan sejarah masyarakat kita dan memberikan gambaran mengenai nilai-nilai moral yang tersirat pada alat music tersebut. Angklung bukan hanya sekedar alat music, angklung adalah alat ritual, syiar keagamaan maupun alat untuk menyampaikan pesan moral kemasyarakatan. Alat music yang memilik nilai instrinsik filosfis dari kearifan local yang ada.
3.       Angklung Sebagai Hasil karya Kerajinan
Disamping bahan yang begitu melimpah keberadaannya di Indonesia pembuatan angklung tidak membutuhkan pembelajaran yang terlalu lama untuk dapat membuatnya. Selain kemampuan untuk menyesuaikan suara bamboo kepada nada yang diharapkan, keterampilan lainnya tidak membutuhkan proses pembelajaran yang tidak terlalu lama, setiap orang dalam waktu yang singkat dapat ikut serta membuatnya. Hal inilah yang menjadikan sampai hari ini istilah Pengrajin masih kental pada orang yang membuat angklung, artinya bahwa untuk membuat angklung hanya dibutuhkan kerajinan seseorang untuk membuatnya.
4.       Angklung Sebagai alat music pembentuk sense of community
Karena kemudahan dalam memainkannya maka setiap orang yang pada waktu itu mengenal pada saat bersamaanpun dapat memainkannya menjadikan alat ini dapat menjadi alternative dalam rangka pembentukan dan pengembangan dalam upaya menumbuhkan nilai-nilai akan perlunya hidup bersama. Prinsip satu orang satu nada menjadikan setiap orang digiring untuk memahami kepada kedudukan dan sifat manusia sebagai makhluk yang memiliki sifat pribadi di satu sisi dan sifat social di sisi lainnya, keberadaan orang lain menjadi sangat penting untuk dapat menjalankan kehidupannya. Dan secara tidak langsung untuk meredam sifat kegeoisan yang sering mewarnai karakter seseorang dalam kehidupannya.
5.       Angklung Sebagai alat music pembentukan budi pekerti (Mental and character building)
Barangkali tidak berlebihan jika angklung dapat dijadikan alat pembentukan budi pekerti seseorang. Alat ini mampu menggiring orang yang memainkannya untuk belajar sabar, teliti, dan konsisten serta nilai-nilai lainnya dalam kehidupannya. Setiap orang belajar menempatkan dirinya dengan benar dan bijaksana, kapan dia harus membunyikan dan kapan dia harus memainkannya merupakan cara yang efektif untuk membiasakan orang menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari. Barangkali alat music lainpun dapat melakukan hal seperti ini, namun perlu diperhatikan disini bahwa angklung memiliki sifat mudah, murah, masal, mendidik, dan menarik seperti yang diungkapkan oleh Daeng Soetigna di atas.
Barangkali masih ada hal-hal lain selain hal-hal di atas, namun setidaknya paparan di atas dapat menjadikan kita mengembangkan paradigma kita terhadap angklung. Angklung bukan hanya sekedar alat music, tapi dari angklung kita dapat mempelajari hal-hal lain yang fungsinya bisa melebihi dari sekedar kita belajar music.

No comments:

Post a Comment

LAGU CINTA UNTUK KEKASIH