SK Mentri Pendidikan no 82 tahun 1968 telah menetapkan
angklung sebagai media pendidikan music
di sekolah. SK ini memang tidak secara jelas dan barangkali seharusnya oleh
peraturan penunjangnya menegaskan mengenai keharusan sekolah menyediakan alat
music ini namun dari SK tersebut diperoleh gambaran yang jelas bahwa fungsi dan
kedudukan angklung di Sekolah seharusnya merupakan bagian yang terintegrasi
bersama keberadaan peralatan penunjang pendidikan lainnya.
Sepengetahuan penulis khususnya mengenai alat music,
sampai saat ini belum mengetahui apakah ada perlakuan yang khusus seperti yang
diperlakukan kepada angklung sehingga pejabat setingkat Mentri memandang perlu
untuk menetapkan fungsinya ke dalam SK khusus mengenai hal dimaksud. Kenyataan yang memerlukan sikap
yang seksama dalam mencermati keberadaan angklung sebagai media pendidikan
music tersebut, sehingga pada akhirnya
langkah yang diambil khususnya oleh pengelola sekolah sampai kepada
maksud baik yang tersirat maupun yang tersurat oleh SK tersebut.
Selain fungsinya sebagai alat pendekatan music
setidaknya ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk
memperluas cakrawala pemikiran kita mengenai angklung sehingga diharapkan dapat
menjadi penyebab jelasnya kenapa pejabat setingkat Mentri perlu mengeluarkan SK
khusus seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Adapun hal-hal yang layak untuk dipertimbangan
tersebut meliputi :
1.
Prinsip 5 M (Mudah, Murah, Mendidik, Masal, dan
Menarik) yang dikemukakan oleh Bapak Angklung Indonesia Daeng Soetigna.
Sebagai seorang pendidik sekaligus
seorang anggota Pramuka Daeng Soetigna menandaskan bahwa angklung merupakan
alat music yang mudah dimainkan oleh setiap orang, hal tersebut dikarenakan
untuk memainkan angklung tidak membutuhkan manipulasi jari seperti pada latihan untuk
penguasaan alat music lainnya. Disamping mudah, angklungpun bersifat murah.
Ketersediaan bahan pembuat angklung
berupa bamboo banyak kita temukan di seluruh pelosok nusantara sehingga
memudahkan orang untuk membuatnya. Prinsip Mendidik sebagai M berikutnya
menandaskan bahwa fungsi kedudukan angklung bukan hanya sekedar alat music
melainkan sebagai media pendidikan, baik itu pendidikan music maupun pendidikan
budi pekerti dan pembetukan rasa kesatuan bagi pemainnya. Sementara prinsip
masal memberikan gambaran kepada kita bahwa angklung dapat dimainkan oleh
jumlah orang yang tidak terbatas tergantung ketersediaan alatnya. Dan M
terakhir yang berarti Menarik adalah khsusunya angklung Padaeng (angklung
bertangga nada diatonic kromatis) dapat membawakan berbagai jenis lagu dari
berbagai gentre music sehingga dapat menarik perhatian setiap orang untuk
memainkannya.
2.
Angklung Sebagai Wujud nilai Kearifan local
Sejarah Indonesia mencatat bahwa
tahun 1030 pada prasasti cibadak diketemukan bukti otentik mengenai keberadaan
angklung di Jawa Barat. Sri Jaya Bupati sebagai raja pada waktu itu
mengabadikan angklung dalam prasasti yang ditemukan di daerah Cibadak Bogor.
Selain daripada itu fungsi angklung seprti yang sudah menjadi cerita tutur
(turun temurun) bahwa angklung merupakan alat music yang menyertai ritual yang
berkaitan dengan tata cara perlakuan padi sebagai makanan pokok sudah menjadi
karakter yang sangat melekat pada penggunaan alat music ini di masa lalu.
Sementara bukti lain yang sampai sekarang masih hidup adalah fungsi angklung
yang dikemas untuk menyampaikan pesan moral seperti pada bangklung merupakan
bukti lain bahwa alat music ini walaupun secara lingkup kedaerahan masih sangat
terbatas namun keberadaannya telah menyertai perkembangan sejarah masyarakat
kita dan memberikan gambaran mengenai nilai-nilai moral yang tersirat pada alat
music tersebut. Angklung bukan hanya sekedar alat music, angklung adalah alat
ritual, syiar keagamaan maupun alat untuk menyampaikan pesan moral
kemasyarakatan. Alat music yang memilik nilai instrinsik filosfis dari kearifan
local yang ada.
3.
Angklung Sebagai Hasil karya Kerajinan
Disamping bahan yang begitu melimpah
keberadaannya di Indonesia pembuatan angklung tidak membutuhkan pembelajaran
yang terlalu lama untuk dapat membuatnya. Selain kemampuan untuk menyesuaikan
suara bamboo kepada nada yang diharapkan, keterampilan lainnya tidak membutuhkan
proses pembelajaran yang tidak terlalu lama, setiap orang dalam waktu yang
singkat dapat ikut serta membuatnya. Hal inilah yang menjadikan sampai hari ini
istilah Pengrajin masih kental pada orang yang membuat angklung, artinya bahwa
untuk membuat angklung hanya dibutuhkan kerajinan seseorang untuk membuatnya.
4.
Angklung Sebagai alat music pembentuk sense of
community
Karena kemudahan dalam memainkannya
maka setiap orang yang pada waktu itu mengenal pada saat bersamaanpun dapat
memainkannya menjadikan alat ini dapat menjadi alternative dalam rangka
pembentukan dan pengembangan dalam upaya menumbuhkan nilai-nilai akan perlunya
hidup bersama. Prinsip satu orang satu nada menjadikan setiap orang digiring
untuk memahami kepada kedudukan dan sifat manusia sebagai makhluk yang memiliki
sifat pribadi di satu sisi dan sifat social di sisi lainnya, keberadaan orang
lain menjadi sangat penting untuk dapat menjalankan kehidupannya. Dan secara
tidak langsung untuk meredam sifat kegeoisan yang sering mewarnai karakter seseorang
dalam kehidupannya.
5.
Angklung Sebagai alat music pembentukan budi
pekerti (Mental and character building)
Barangkali tidak berlebihan jika
angklung dapat dijadikan alat pembentukan budi pekerti seseorang. Alat ini
mampu menggiring orang yang memainkannya untuk belajar sabar, teliti, dan
konsisten serta nilai-nilai lainnya dalam kehidupannya. Setiap orang belajar
menempatkan dirinya dengan benar dan bijaksana, kapan dia harus membunyikan dan
kapan dia harus memainkannya merupakan cara yang efektif untuk membiasakan
orang menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari. Barangkali alat music
lainpun dapat melakukan hal seperti ini, namun perlu diperhatikan disini bahwa
angklung memiliki sifat mudah, murah, masal, mendidik, dan menarik seperti yang
diungkapkan oleh Daeng Soetigna di atas.
Barangkali masih ada hal-hal lain selain hal-hal di
atas, namun setidaknya paparan di atas dapat menjadikan kita mengembangkan
paradigma kita terhadap angklung. Angklung bukan hanya sekedar alat music, tapi
dari angklung kita dapat mempelajari hal-hal lain yang fungsinya bisa melebihi
dari sekedar kita belajar music.
No comments:
Post a Comment