DONASI PENGEMBANGAN

DONASI PENGEMBANGAN
A/N. HARDIANTO
REKENING BCA : 2839671258

Monday 18 January 2016

Panduan Bermain Angklung

Pendidikan musik merupakan salah satu aspek dari pendidikan kesenian yang merupakan sarana untuk membantu anak didik membentuk pribadinya melalui penanaman dan peresapan rasa indah / peka dalam usaha membentuk atau menemukan diri pribadinya sehingga menjadi manusia berbudi pekerti luhur yang kreatif / estetis sebagai salah satu aspek penting dalam totalitas pembinaan anak didik. Dengan demikian “kehalusan” / “kepekaan” perasaan sebagai hasil peresapan rasa indah dan merupakan pengantar yang tepat dalam rangka pembinaan watak serta budi pekerti luhurnya; dan musik adalah salah satu sarana yang tepat bagi kesejahteraan lahir maupun batin yang sangat diperlukan bagi setiap keluarga.
            Bila kita berbicara mengenai dunia angklung, tidak dapat dipisahkan dari nama Daeng Soetigna seorang guru di Kuningan Jawa Barat yang berhasil mengembangkan angklung dari skala nada pintatonis (slendro) ke skala nada diatonis kromatis pada tahun 1938.
            Pak Daeng sebagai seorang guru yang juga seorang Pembina kepandaian (Padvinder – Bld) yang terilhami seorang pengemis tua serta Bapak Jaya seorang pembuat angklung. Kiranya Pak Daeng tidak salah menilai bahwa angklung sangatlah tepat dijadikan sebagai alat pendidikan, kesimpulan tersebut diambil berdasarkan beberapa pertimbangan yang menurutnya amat logis, antara lain :
·         Pertama, ditinjau dari segi harga, angklung terbilang “murah” sehingga tidak akan terlalu menjadi beban, bila sekolah berminat memilikinya. Lain halnya dengan alat musik diatonis lain seperti gitar, biola apalagi piano yang pada waktu itu (tahun 30-an) merupakan produk impian yang sudah pasti harganya pun diatas harga alat musik angklung. Dengan demikian hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang dapat memilikinya.
·         Kedua, alat musik angklung dapat dimainkan dengan “mudah” oleh setiap anak / pemain, dalam artian tidak memerlukan manipulasi tangan dan jari yang sulit (fingering), berbeda dengan alat musik lainnya, cukup dengan memegang dan menggoyangkannya maka angklung akan berbunyi.
Dengan demikian angklung dapat dimainkan oleh anak mulai dari usia 5 tahun dan orang yang usianya 80 tahun.
Cara membunyikan angklung yang mudah itu diharapkan akan membuat anak-anak terhindar dari sikap cepat putus asa atau bagi mereka yang merasa tidak mempunyai bakat terhadap musik sekalipun akan mampu memainkannya.
·         Ketiga, musik ini dapat dimainkan secara “massal” sehingga anak-anak di dalam kelas dapat ikut berperan serta, tidak ada pembatasan jumlah pemain sepanjang alatnya tersedia yang penting adalah pengaturan dan pengorganisasiannya.
·         Keempat, didalam permainan musik angklung inipun terkandung unsur “mendidik” antara lain :  disiplin, tanggung jawab, kerja sama / gotong royong, tahu tugas dan kewajiban, solidaritas, demokrasi, konsentrasi dan etos kerja.
·         Kelima, adalah “menarik” karena ternyata musik angklung ini telah berhasil menarik minat dan rasa kagum tidak hanya anak-anak, tetapi juga orang dewasa, karena dari alat musik yang sederhana dapat memainkan lagu-lagu.
Dari keterangan diatas oleh Pak Daeng ke “5 (lima) M” tersebut dijadikan Motto Angklung Padaeng, yaitu : Mudah, Murah, Massal, Mendidik dan Menarik.

Angklung Padaeng terdiri dari 2 (dua) kelompok besar yaitu :
  1. Angklung Melodi
  2. Angklung Pengiring
Pembelajaran musik Angklung yang dilaksanakan melalui proses pedagogis dapat turut serta mempersiapkan peserta didik memiliki kemampuan “intelektual” (IQ), kemampuan emosional (EQ), kemampuan spiritual (SQ) dan kemampuan sosial dalam mengembangkan keterampilan hidup (life skill) yang bermutu.
            Secara khusus kompetensi peserta didik musik angklung memiliki kemampuan apresiasi, kreatifitas, dan kemampuan berekpresi sehingga mereka mempunyai nilai dasar humaniora untuk menerapkan kebersamaan, tenggang rasa, disiplin dan tanggung jawab dalam kehidupan. Dengan demikian pembelajaran musik angklung akan berorientasi pada pendekatan pada prinsip-prinsip keseimbangan etika, logika, estetika dan kinestika. Untuk memperkuat identitas diri, tidak hanya berorientasi pada hasil atau produk, asal mahir bermain angklung semata. Maka dengan demikian pembelajaran seperti diatas diharapkan dapat meningkatkan potensi intelektual, emosional, spiritual dan sosial serta keterampilan hidup yang mantap.



sumber : Panduan Bermain Angklung Oleh : Obby A.R Wiramihardja

No comments:

Post a Comment

LAGU CINTA UNTUK KEKASIH