Pendidikan musik
merupakan salah satu aspek dari pendidikan kesenian yang merupakan sarana untuk
membantu anak didik membentuk pribadinya melalui penanaman dan peresapan rasa
indah / peka dalam usaha membentuk atau menemukan diri pribadinya sehingga
menjadi manusia berbudi pekerti luhur yang kreatif / estetis sebagai salah satu
aspek penting dalam totalitas pembinaan anak didik. Dengan demikian “kehalusan”
/ “kepekaan” perasaan sebagai hasil peresapan rasa indah dan merupakan pengantar
yang tepat dalam rangka pembinaan watak serta budi pekerti luhurnya; dan musik
adalah salah satu sarana yang tepat bagi kesejahteraan lahir maupun batin yang
sangat diperlukan bagi setiap keluarga.
Bila kita berbicara mengenai dunia
angklung, tidak dapat dipisahkan dari nama Daeng Soetigna seorang guru di
Kuningan Jawa Barat yang berhasil mengembangkan angklung dari skala nada
pintatonis (slendro)
ke skala nada diatonis
kromatis pada tahun 1938.
Pak Daeng sebagai seorang guru yang
juga seorang Pembina kepandaian (Padvinder – Bld) yang terilhami seorang
pengemis tua serta Bapak Jaya seorang pembuat angklung. Kiranya Pak Daeng tidak
salah menilai bahwa angklung sangatlah tepat dijadikan sebagai alat pendidikan,
kesimpulan tersebut diambil berdasarkan beberapa pertimbangan yang menurutnya
amat logis, antara lain :
·
Pertama,
ditinjau dari segi harga, angklung terbilang “murah” sehingga tidak akan terlalu menjadi beban, bila sekolah
berminat memilikinya. Lain halnya dengan alat musik diatonis lain seperti gitar,
biola apalagi piano yang pada waktu itu (tahun 30-an) merupakan produk impian
yang sudah pasti harganya pun diatas harga alat musik angklung. Dengan demikian
hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang dapat memilikinya.
·
Kedua,
alat musik angklung dapat dimainkan dengan “mudah”
oleh setiap anak / pemain, dalam artian tidak memerlukan manipulasi tangan dan
jari yang sulit (fingering), berbeda dengan alat musik lainnya, cukup dengan
memegang dan menggoyangkannya maka angklung akan berbunyi.
Dengan demikian angklung dapat dimainkan oleh anak mulai dari usia 5 tahun
dan orang yang usianya 80 tahun.
Cara membunyikan angklung yang mudah itu diharapkan akan membuat
anak-anak terhindar dari sikap cepat putus asa
atau bagi mereka yang merasa tidak mempunyai bakat terhadap musik sekalipun
akan mampu memainkannya.
·
Ketiga,
musik ini dapat dimainkan secara “massal”
sehingga anak-anak di dalam kelas dapat ikut berperan serta, tidak ada pembatasan
jumlah pemain sepanjang alatnya tersedia yang penting adalah pengaturan dan pengorganisasiannya.
·
Keempat,
didalam permainan musik angklung inipun terkandung unsur “mendidik” antara lain :
disiplin, tanggung jawab, kerja sama / gotong royong, tahu tugas dan
kewajiban, solidaritas, demokrasi, konsentrasi dan etos kerja.
·
Kelima,
adalah “menarik” karena ternyata
musik angklung ini telah berhasil menarik minat dan rasa kagum tidak hanya
anak-anak, tetapi juga orang dewasa, karena dari alat musik yang sederhana
dapat memainkan lagu-lagu.
Dari keterangan
diatas oleh Pak Daeng ke “5 (lima)
M” tersebut dijadikan Motto Angklung Padaeng, yaitu : Mudah, Murah, Massal,
Mendidik dan Menarik.
Angklung Padaeng
terdiri dari 2 (dua) kelompok besar yaitu :
- Angklung Melodi
- Angklung Pengiring
Pembelajaran
musik Angklung yang dilaksanakan melalui proses pedagogis dapat turut serta
mempersiapkan peserta didik memiliki kemampuan “intelektual” (IQ), kemampuan
emosional (EQ), kemampuan spiritual (SQ) dan kemampuan sosial dalam mengembangkan keterampilan hidup
(life skill) yang bermutu.
Secara
khusus kompetensi peserta didik musik angklung memiliki kemampuan apresiasi,
kreatifitas, dan kemampuan berekpresi sehingga mereka mempunyai nilai dasar
humaniora untuk menerapkan kebersamaan, tenggang rasa, disiplin dan tanggung
jawab dalam kehidupan. Dengan demikian pembelajaran musik angklung akan
berorientasi pada pendekatan pada prinsip-prinsip keseimbangan etika, logika,
estetika dan kinestika. Untuk memperkuat identitas diri, tidak hanya
berorientasi pada hasil atau produk, asal mahir bermain angklung semata. Maka
dengan demikian pembelajaran seperti diatas diharapkan dapat meningkatkan
potensi intelektual, emosional, spiritual dan sosial serta keterampilan hidup yang mantap.
sumber : Panduan Bermain Angklung Oleh : Obby A.R Wiramihardja