
Kenangan dua tahun itu terus melekat pada setiap anggota HARPA 24, keinginan untuk menjaga agar apa yang diperoleh dapat dipertahankan tentunya mau tak mau menjadi “beban tersendiri”, apalagi pada festival yang dilaksanakan di tingkat Kota Bandung, HARPA 24 “babak belur” dengan hanya menempati peringkat bawah walau tetap mendapat tropi penghargaan. Sebuah “pukulan” telak yang untungnya tidak membuat “KO” semangat dari setiap anggota dan pengurus HARPA 24.
Persiapan pun dilaksanakan setiap element pengurus dari mulai Kepala Sekolah, Guru, Pembimbing, Pelatih, Senior beserta anggota mempersiapkan menghadapi ajang tingkat nasional lomba musik angklung yang diselenggarakan oleh KABUMI UPI Bandung. Lelah menjadi warna tersendiri di tengah kegigihan para anggota HARPA 24 berlatih. Betapa tidak, mereka harus konsentrasi dengan belajar, aktivitas di eskul lain menjadi warna keseharian. Bahkan dapat dikatakan bahwa persiapan intensif hanya dilaksanakan 5 kali latihan dengan 4 kali latihan 2 jam serta 8 jam untuk persiapan hari terakhir.
Ada hal yang tak dapat dilupakan dari kenangan tersebut, sebuah peristiwa dimana saya selalu berkaca-kaca bila mengenang peristiwa tersebut. Peristiwa yang kadang menjadi sangat langka di tengah situasi dan kondisi saat ini. Secara tidak sadar saya merasa bahwa angklung yang mereka pelajari telah menyampaikan rasa yang sangat luar biasa. “KEBERSAMAAN”, ya kebersamaan menjadi sangat kental dari persiapan menjelang LMAP 8 tersebut.
Dua hari menjelang pelaksanaan Festival saya sebagai pelatih berhadapan di antara dua pilihan, dimana dalam aturan lomba bahwa lagu wajib harus dibawakan oleh satu orang, sementara dengan kesadarannya penyanyi ada dua orang dan sudah mempersiapkan diri dengan sangat baik. Dihadapkan pada kondisi seperti ini saya mengajak bicara semua anggota team dengan menjelaskan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin terjadi untuk setiap opsi yang ada. Menjadikan salah satu atau tetap kedua-duanya dengan kemungkinan yang mungkin sangat buruk.
Dengan penuh kesadaran anggota team tetap pada opsi pertama dan tidak akan mengungkit-ngungkit lagi penentuan penyanyi tersebut yang sebelumnya beredar rumor di antara para anggota bahwa mesti salah satu orang yang harus maju.
“Pak, juara memang penting, tapi bagi kami kebersamaan di atas segalanya, apalah arti dari juara kalau kemudian kita bercerai berai. Juara yang dihiasi oleh kekecewaan adalah sangat menyakitkan dibandingkan dengan kekalahan itu sendiri”
Kalimat yang luar biasa, kesepakatan dari setiap anggota untuk tetap memilih alternative pertama dengan mengedepankan rasa kebersamaan dari pada kejuaraan itu sendiri.
Walau pada akhirnya HARPA 24 bisa mempertahankan tempat terhormat dua tahun yang lalu, namun tahun ini kejadian unik tersebut menjadi bingkai yang mematok kuat prestasi yang diperoleh HARPA 24”
Apa yang lebih membanggakan dari sikap mental seperti itu, kebersamaan adalah kata kunci atau jiwa angklung itu sendiri lalur hari itu sepertinya begitu melekat pada setiap anggota. Mudah-mudahan ini menjadi bekal setiap anggota HARPA 24 untuk menjalani hidup dikemudian bahwa kebersamaan harus tetap dijunjung tinggi dan itu bisa menjadi modal kesuksesan hidup.
HARPA 24 memang Juara walau tanpa piala sekalipun.
Catatan ini dibuat sebagai pengingat dan mudah-mudahan tidak terlupakan selamanya.
Photo pinjam punya BU KEPALA SEKOLAH