DONASI PENGEMBANGAN

DONASI PENGEMBANGAN
A/N. HARDIANTO
REKENING BCA : 2839671258

Monday 26 May 2014

ANGKLUNG JUARA

“Pak, juara memang penting, tapi bagi kami kebersamaan di atas segalanya, apalah arti dari juara kalau kemudian kita bercerai berai. Juara yang dihiasi oleh kekecewaan adalah sangat menyakitkan dibandingkan dengan kekalahan itu sendiri”

Siapa sangka Harmoni Paduan Angklung SMA Negeri 24 pada Lomba Angklung Padaeng ke 7 tahun 2012  memperoleh anugrah yang luar biasa. Semua katagori dari perlombaan. Dari Juara Pertama, Penyanyi Terbaik, Dirigen terbaik sampai kepada Arrangement terbaik semua “diborong” oleh Kelompok Paduan Angklung yang baru didirikan pada tahun itu juga. Sungguh ini adalah sebuah keajaiban dan rasanya sulit untuk dipecahkan oleh grup manapun pada ajang yang sama.
Kenangan dua tahun itu terus melekat pada setiap anggota HARPA 24, keinginan untuk menjaga agar apa yang diperoleh dapat dipertahankan tentunya mau tak mau menjadi “beban tersendiri”, apalagi pada festival yang dilaksanakan di tingkat Kota Bandung, HARPA 24 “babak belur” dengan hanya menempati peringkat bawah walau tetap mendapat tropi penghargaan.  Sebuah “pukulan” telak yang untungnya tidak membuat “KO” semangat dari setiap anggota dan pengurus HARPA 24.
Persiapan pun dilaksanakan setiap element pengurus dari mulai Kepala Sekolah, Guru, Pembimbing, Pelatih, Senior beserta anggota mempersiapkan  menghadapi ajang tingkat nasional lomba musik angklung yang diselenggarakan oleh KABUMI UPI Bandung.  Lelah menjadi warna tersendiri di tengah kegigihan para anggota HARPA 24 berlatih. Betapa tidak, mereka harus konsentrasi dengan belajar, aktivitas di eskul lain menjadi warna keseharian. Bahkan dapat dikatakan bahwa persiapan intensif hanya dilaksanakan 5 kali latihan dengan 4 kali latihan 2 jam serta 8 jam untuk persiapan hari terakhir.
Ada hal yang tak dapat dilupakan dari kenangan tersebut, sebuah peristiwa dimana saya selalu berkaca-kaca bila mengenang peristiwa tersebut.  Peristiwa yang kadang menjadi sangat langka di tengah situasi dan kondisi saat ini. Secara tidak sadar saya merasa bahwa angklung yang mereka pelajari telah menyampaikan rasa yang sangat luar biasa. “KEBERSAMAAN”, ya kebersamaan menjadi sangat kental dari persiapan menjelang LMAP 8 tersebut.
Dua hari menjelang pelaksanaan Festival saya sebagai pelatih berhadapan di antara dua pilihan, dimana dalam aturan lomba bahwa lagu wajib harus dibawakan oleh satu orang, sementara dengan kesadarannya penyanyi  ada dua orang dan sudah mempersiapkan diri dengan sangat baik. Dihadapkan pada kondisi seperti ini saya mengajak bicara semua anggota team dengan menjelaskan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin terjadi untuk setiap opsi yang ada. Menjadikan salah satu atau tetap kedua-duanya dengan kemungkinan  yang mungkin sangat buruk.
Dengan penuh kesadaran anggota team tetap pada opsi pertama dan tidak akan mengungkit-ngungkit lagi penentuan penyanyi tersebut yang sebelumnya beredar rumor di antara para anggota bahwa mesti salah satu orang yang harus maju.

“Pak, juara memang penting, tapi bagi kami kebersamaan di atas segalanya, apalah arti dari juara kalau kemudian kita bercerai berai. Juara yang dihiasi oleh kekecewaan adalah sangat menyakitkan dibandingkan dengan kekalahan itu sendiri”

Kalimat yang luar biasa, kesepakatan dari setiap anggota untuk tetap memilih alternative pertama dengan mengedepankan rasa kebersamaan dari pada kejuaraan itu sendiri.
Walau pada akhirnya HARPA 24 bisa mempertahankan tempat terhormat dua tahun yang lalu, namun tahun ini kejadian unik tersebut menjadi bingkai yang mematok kuat prestasi  yang  diperoleh HARPA 24”

Apa yang lebih membanggakan dari sikap mental seperti itu, kebersamaan adalah kata kunci atau  jiwa angklung itu sendiri lalur  hari itu sepertinya begitu melekat pada setiap anggota. Mudah-mudahan ini menjadi bekal setiap anggota HARPA 24 untuk menjalani hidup dikemudian bahwa kebersamaan harus tetap dijunjung tinggi dan itu bisa menjadi modal kesuksesan hidup.

HARPA 24 memang Juara walau tanpa piala sekalipun.

Catatan ini dibuat sebagai pengingat dan mudah-mudahan tidak terlupakan selamanya.
Photo pinjam punya BU KEPALA SEKOLAH

Tuesday 25 February 2014

Tabel penggabungan Angklung dari Nada G sampai dengan No. 30

Sahabat angklung kadang seorang pelatih di dalam melaksanakan pelatihannya mengalami kesulitan untuk mendistribusikan angklung kepada para pemainnya. Berikut ini untuk memudahkan sahabat di dalam memainkan angklung saya ambil patokan yang digunakan oleh Begawan Angklung Obby A.R Wiramihardja. 
Mungkin ada patokan lain yang dapat dipergunakan, namun tentunya selama prinsip untuk memudahkan para pemain untuk melaksanakan tugasnya tentunya itu merupakan  hal yang diperbolehkan. Mudah-mudahan sahabat sekalian selalu bersemangat dan bergembira serta selalu mengambil manfaat nilai dari permainan angklung tersebut.
Selamat berlatih!


No
Nomor Angklung
Keterangan
1
G   + 0 + 11
Seorang
2
Gis/As   + 1 + 14
Seorang 
3
A   + 2 + 13
Seorang 
4
Ais/Bes  + 5 + 16
Seorang 
5
B   + 3 + 25
Seorang 
6
  + 4 + 17 
Seorang 
7
Cis/Des  + 8 + 27
Seorang 
8
D    + 6 + 19 
Seorang 
9
Dis/Es    + 7 + 18
Seorang 
10
E + 9 + 20
Seorang 
11
F + 12 + 22
Seorang 
12
0 + 12 + 28 
Dua orang 
13
1 + 14 
Seorang 
14
2 + 13 
Seorang 
15
3 + 25 
Seorang 
16
4 + 17 
Seorang 
17
5 + 16 
Seorang 
18
6 + 19
Seorang 
19
7 + 18
Seorang 
20
8 + 27 
Seorang 
21
9 + 20 
Seorang 
22
10 + 23 
Dua orang 
23
12 + 22 + 30 
Dua orang 
24
15 + 21 + 29 
Dua orang

Sumber :  Panduan Bermain Angklung Oleh : OBBY A.R. Wiramihardja

Sunday 16 February 2014

Angklung Gladiresik HUT KAA 58 - Seuneu Bandung & Bangung Pemuda P...

Partitur Musik Angklung dan Proses Latihan

Berlatih merupakan kunci pokok dari peermainan angklung. Tanpa adanya proses ini maka tujuan dari angklung untuk dimainkan seringkali menjadi tidak utuh. Sebagai alat musik yang memiliki dampak bukan hanya perkembangan musikalitas maka diperlukan proses latihan yang tidak bisa tidak harus mendapatkan perhatian yang serius.
Berikut ini adalah panduan berlatih yang diutarakan oleh Begawan Angklung Obby A.R. Wiramihardja.
a. Pembagian angklung baik melodi maupun pengiring serta alat musik pelengkap lainnya.
b. Memperagakan cara dan sikap membunyikan angklung melodi maupun pengiring.
c. Cara menentukan nada (bila menggunakan notasi angka) yang disesuaikan dengan nada dasar (tonika) yang dipakai dan atau menunjukkan letak nada (bila menggunakan notasi balok).
d. Cara membaca partitur, baik menggunakan notasi angka maupun notasi balok, dengan nilai/harga nada dan istirahat serta tanda-tanda/tulisan musik lainnya.
e. Memperhatikan para pemain angklung melodi maupun pengiring, apakah cara membaca dan memainkan alat musiknya sudah benar dan sesuai dengan nilai nada yang tertera/tertulis pada partitur dan langsung memberitahu dan membetulkannya bila pemain membuat kesalahan atau kekeliruan.
f. Mengarahkan agar seluruh pemain untuk menyanyi dan membaca sambil mengikuti ketukan birama, sehingga bunyi angklungnya akan bersambungan dari nada ke nada yang lain (Ingat : 1) Nyanyi / baca, 2) Ketukan, 
3) Nyambung)
g. Berlatihlah dengan cara melatih bagian per bagian dari lagu.
h. Guna mempercepat proses menghapal lagu, gunakan cara membuka dan menutup partitur selain para pemain juga membiasakan melihat dan membaca aba-aba yang diberikan oleh dirigen (conductor).
Usahakan untuk menciptakan suasana latihan yang menyenangkan

Untuk sebagai bahan latihan, silahkan download link di bawah ini untuk memperoleh lagu-lagu sebagai bahan untuk melaksanakan latihan.

Keroncong Kemayoran
Keroncong Pasar Gambir
Keroncong Pasar Gambir hal 2
Jali-jali
Bunga Anggrek
Aryati
Aryati hal 2
Maju Tak Gentar
Halo-halo Bandung
Dwi Warna
Bangun Pemudi Pemuda
Jit Jit Semut
Es Lilin
La paloma
La Paloma hal 2
El Condor Plaza

Saturday 15 February 2014

Lomba Musik Angklung Padaeng VII KABUMI UPI Bandung

Apakah LMAP itu?

LMAP Merupakan singkatan dari Lomba Musik Angklung Padaeng. Sebuah event perlombaan Musik Angklung tingkat Nasional yang diadakan secara rutin setiap dua tahun sekali. LMAP telah diikuti oleh banyak tim angklung tingkat SD sampai SMA dari berbagai daerah di Indonesia.
LMAP pertama kali diadakan pada tahun 1999 yang bertempat di salah satu gedung di kampus UPI yang sekarang bernama gedung UPI.net. Pada penyelenggaraannya yang ke VIII ini, LMAP VIII mempunyai cita-cita untuk semakin melestarikan musik angklung sebagai kesenian dan budaya asli Bangsa Indonesia.

Siapakah KABUMI itu?

KABUMIKABUMI merupakan singkatan dari Keluarga Besar Bumi Siliwangi. Merupakan sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang bergerak di bidang seni budaya Indonesia. KABUMI sebagai pencetus dan pelaksana kegiatan LMAP ini merupakan organisasi kesenian yang telah berdiri sejak tahun 1985 di Kota Bonn, Jerman. Sejak lahir sampai saat ini, telah banyak event-event besar yang diadakan oleh KABUMI. Tentu saja event yang diselenggarakan itu mempunyai “kesenian tradisional” sebagai benang merahnya, salah satunya adalah LMAP ini.
Meskipun begitu, KABUMI bukan lah sebuah Event Organizer yang selama berdirinya memfokuskan diri untuk menyelenggarakan event-event saja. KABUMI juga memposisikan diri sebagai partisipan dalam event-event yang diadakan oleh pihak lain baik itu yang diadakan di dalam negeri maupun luar negeri.
Untuk mengetahui lagi KABUMI lebih jauh, silakan klik link ini untuk membawa anda menuju website resmi KABUMI.

sumber :  http://lmap8.kabumi-upi.org/informasi-seputar-lmap/

Wednesday 5 February 2014

Anies Baswedan Tawarkan Kepemimpinan Ala Bermain Angklung

Rabu, 5 Februari 2014 | 19:43 WIB

KOMPAS IMAGE/RODERICK ADRIAN MOZESAnies Rasyid Baswedan dalam sesi wawancara saat berkunjung ke kantor redaksi Kompas.com, Palmerah, Jakarta, Rabu (29/1/2014). Anies Rasyid Baswedan merupakan salah satu peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat.


BANDUNG, KOMPAS.com - Bakal calon Presiden Anies Baswedan menawarkan gaya kepemimpinan seperti bermain alat musik angklung. Hal itu disampaikan Anies saat menjawab pertanyaan panelis mengenai kekuasaan dan pengambilan keputusan saat debat kandidat di Konvensi Partai Demokrat di Hotel Harris, Bandung, Rabu (5/2/2014).
"Indonesia bisa bangkit jika bergerak. Saya datang bergerak bersama, bagaimana kepemimpinan ala bermain angklung. Memberikan arahan, waktu, lalu yang terjadi muncul harmoni dan semua bergerak untuk membuat harmoni yang indah," kata Anies.
Menurut Anies, pemimpin bukanlah seorang yang datang untuk menyelesaikan semua masalah. Pemimpin adalah seseorang yang mampu menjadi teladan, berkompeten, jujur, dan membuat masyarakatnya mau bergerak bersama-sama.
"Pemimpin Indonesia bukan datang berdiri di depan panggung. Tetapi pemimpin datang menginspirasi memberikan kesempatan untuk bergerak dan seluruhnya bersama-sama meraihnya," kata Anies.
Anies mengaku mendapat inspirasi tersebut setelah mengunjungi saung angklung Mang Udjo di Bandung. Seperti halnya bermain angklung, jika semuanya bergerak seirama, maka dapat membuahkan hasil yang diinginkan.
Menurut Anies, tujuan dalam bernegara yaitu melunasi janji kemerdekaan. "Saya selalu mengistilahkan tujuan kita bernegara adalah janji kemerdekaan yang harus dilunasi. Kekuasaan mekanisme yang dipakai melunasi janji itu," katanya.
Dalam debat kandidat capres ini, Anies adu pendapat dengan kandidat lain, yakni Gita Wirjawan, Endriantono Sutarto, Marzuki Alie, dan Ali Masykur Musa.
Kandidat lainnya tergabung dalam tim Rajawali, yaitu Dahlan Iskan, Sinyo Harry Sarundajang, Dino Patti Djalal, Irman Gusman, Hayono Isman, dan Pramono Edhie. Acara debat tim Rajawali dijadwalkan berlangsung pukul 19.00 WIB.

sumber : http://nasional.kompas.com/read/2014/02/05/1943272/Anies.Baswedan.Tawarkan.Kepemimpinan.Ala.Bermain.Angklung


Penulis: Dian Maharani
Editor: Sandro Gatra

Saturday 1 February 2014

Rancangan Terapi Musik Angklung Untuk Menurunkan Penghayatan Perasaan Kesepian (Loneliness) Lansia Kasus Di Panti Werdha Kotamadya Bandung

Rancangan Terapi Musik Angklung Untuk Menurunkan Penghayatan Perasaan Kesepian (Loneliness) Lansia Kasus Di Panti Werdha Kotamadya Bandung

Arisanti Chandra Dewi
Unpad
Indonesia
Unpad
, , , , , , ,
Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mengembangkan bentuk terapi musik dengan menggunakan alat musik angklung dalam mengatasi permasalahan psikologis khususnya masalah kesepian (loneliness) pada lansia yang tinggal di tiga panti werdha kotamadya Bandung. Masa lansia adalah puncak dari siklus manusia yang ciri-cirinya cenderung mengalami penurunan dan kesengsaraan, baik secara fisiologis, psikologis, dan sosial. Lansia adalah kelompok yang paling rentan terhadap permasalahan kesepian (loneliness), hal ini disebabkan karena kehilangan pasangan, berpisah dengan anakanak yang semakin dewasa, kehilangan relasi atau teman sebaya, terlebih lagi bagi mereka yang dititipkan di panti werdha. Pada dasarnya terdapat beberapa cara untuk mengurangi penghayatan perasaan kesepian (loneliness), antara lain dengan aktif mengikuti kegiatan sosial dan mendengarkan musik. Musik sudah banyak diteliti dan memiliki pengaruh terhadap fungsi fisiologis dan psikologis. Musik sudah diakui dapat menjadi media dalam sebuah terapi, yang kemudian berkembang menjadi terapi musik. Terapi musik dimulai dari kegiatan mendengarkan, bermain, kemudian membuat dan mengaransemen sebuah musik atau lagu. Dalam penelitian ini hanya sampai pada tahap bermain alat musik. Alat musik yang sering digunakan dalam terapi musik adalah alat-alat musik moderen, sedangkan alat musik tradisional seperti angklung seringkali terabaikan keberadaannya. Angklung sendiri memiliki timbre yang khas yaitu ringan, selain itu secara filosofi dan perkembangannya mengandung makna dan unsur utama kegembiraan dan kebersamaan. Para lansia yang menghayati perasaan kesepian (loneliness) membutuhkan suasana yang dapat membangkitkan mood dan penuh kebersamaan sehingga mereka tidak mengalami perasaan sedih terabaikan, terasing sehingga menjadi kesepian. Penelitian ini merupakan true experimental yaitu adanya perlakuan (treatment) yang sengaja diberikan untuk melihat pengaruhnya, dengan mengontrol secara ketat extraneous variable. Rancangan yang digunakan yaitu Before After two group design. Uji statistik yang digunakan adalah uji beda Mann Whitney dan uji beda Wilcoxon. Subjek penelitian adalah para lansia yang mengalami penghayatan perasaan kesepian (loneliness) yang tinggi, dimana telah dijaring melalui UCLA Loneliness scale v.3 dari Danniel Russell (1996). Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan antara taraf loneliness kelompok eksperimen (EG) sebelum dengan sesudah diberikan treatment (dengan taraf signifikansi 95 %). Kondisi ini memperlihatkan bahwa terapi musik angklung dengan memainkan alat musik angklung secara berkelompok dapat membuat suasana hati (mood) dan kemampuan berinteraksi para subjek penelitian meningkat sehingga menurunkan penghayatan perasaan kesepian (loneliness) karena pada alat musik angklung terdapat unsur kenyamanan, kesenangan, kebersamaan dan rekreatif saat memainkannya. Diakhir penelitian ada beberapa saran yang diajukan. Kata kunci : Perasaan Kesepian (Loneliness), Terapi Musik, dan Angklung.
The aim of this research is to introduce and develop the form of musical therapy by utilizing Angklung as the tool in order to solve the psychological problem, especially the problem of loneliness on Elders who stay in three panti werdha in Kotamadya Bandung. The period of Elders is the end period of a human cycle with the characteristics of deterioration in physiological, psychological, and social interaction as well. Elders are a human group that is very prone to have loneliness. It is caused by loosing their spouse, living separately with their children, having no more friends at the same age, and the problem has become worse since they have lived in panti werdha. Basically, there are some ways to decrease the loneliness such as involving them on social activities and listening to the music. Many people have researched the effect of music on human physiology and psychology. Music has been acknowledged as the media for therapy which then developed as musical therapy. Musical therapy consists of some stages of activities: listening, playing, creating and constructing the music or song. The scope of this research is to the stage of playing musical instrument. Musical instrument which are often used in musical therapy are modern musical instrument, while the traditional ones, such as Angklung, are seldom used. Angklung has unique timbre which is light and also has the meaning of happiness and togetherness. The lonely elders need the ambience which could create positive mood and togetherness that will eliminate sadness and loneliness. This research is true experimental which means the study of the intentional treatment by observing the effect by strictly controlling some extraneous variables. The research design used is “Before After two group design”. Statistical test used in this research is Mann Whitney and Wilcoxon difference test. The subject of this research is Elders which suffer the problem of loneliness, following the rules of UCLA Loneliness scale v.3 by Danniel Russel (1996). The result of the statistical test shows that there is a difference of loneliness level on experimental group (EG) as the subject by comparing the condition before and after the treatment of Angklung musical therapy (with significant level of 95%). This condition shows that Angklung musical therapy, by playing Angklung together, can create positive mood and increase social interaction ability of the subject, and as the result, decrease the loneliness. At the end of this research, there are some suggestions for the next research. Keyword : Loneliness, Music Therapy, and Angklung.
Untuk keterangan lebih lanjut silahkan menghubungi http://cisral.unpad.ac.id

sumber :  http://pustaka.unpad.ac.id/archives/101775/

LAGU CINTA UNTUK KEKASIH