Biografi Singkat Nama lengkap Daeng Sutigna adalah Mas Daeng Soetigna, lahir di Garut pada 13 Mei 1908. Beliau merupakan anak keturunan bangsawan Sunda, oleh karena itu Daeng Soetigna berkesempatan mengenyam pendidikan zaman Belanda yang kala itu masih sangat terbatas bagi kalangan pribumi. daeng soetigna/gambar: kompasiana Nama "Daeng" konon diberikan oleh orang tuanya karena sang ayah mempunyai sahabat yang pandai, dan sahabat ayahnya tersebut berasal dari daerah Makassar yang mempunyai gelar "Daeng". Dari hal itulah, ibunda beliau mengusulkan nama "Daeng" dengan harapan tumbuh menjadi orang yang pandai. Riwayat Pendidikan Daeng Soetigna menamatkan pendidikan HIS (Hollandsch-Inlandsche School) Garut pada tahun 1921, kemudian melanjutkan ke Sekolah Raja (Kweekschool) Bandung pada tahun 1922 dan lulus tahun 1928 saat Kweekscholl telah diubah namanya menjadi HIK (Hollands Islandsche Kweekschool). Setelah selesai menyelesaikan pendidikannya, Daeng berkesempatan menjadi seorang pengajar. Beliau pernah mengajar di Schakelschool Cianjur pada tahun 1928, pernah juga mengajar di HIS Kuningan pada tahun 1931. Ketika mengajar di HIS itulah, Daeng Soetigna mendalami keseniang angklung karena beliau memang sangat menggemarinya.
Daeng sempat juga mengikuti kursus B-1 (setara D-3) pada tahun 1954, dan berhasil lulus ujian akhir. Namun Pak Daeng tidak mendapat ijazah Diploma, karena menurut panitia dia tidak berhak. Setelah itu, pada tahun 1955, ia dikirim bersekolah di Teacher's College Australia sebagai salah satu kontingen dalam program Colombo Plan. Sejarah Singkat Angklung Diatonis Pada suatu hari di tahun 1938, ada dua pengemis yang datang ke rumah Daeng Soetigna. Mereka memainkan alat musik angklung dengan nada pentatonis (da, mi, na, ti, la, da). Hati Daeng merasa bergetar mendengar permainan musik tersebut, sampai-sampai beliau membeli angklung pentatonis tersebut. Setelah beliau memiliki angklung tersebut timbullah keinginannya untuk membuat angklung diatonis. Namun beliau merasa tidak bisa membuat angklung, sehingga beliau mulai belajar kepada pakar angklung yang ada di daerahnya. Setelah sekian lama belajar, akhirnya beliau dapat membuat angklung diatonis. Kemampuan beliau dalam berkreasi angklung diatonis tak lepas dari kepiawaiannya memainkan alat musik gitar dan piano. daeng soetigna/gambar: tomita.web.id Hasil dari kerja kerasnya pun membuahkan hasil. Angklung diatonis ciptaan Daeng mulai dikenal masayarakat luas dan mulai dimainkan oleh khalayak. Angklung buatannya dinilai mampu mengeksplorasi nada-nada lebih banyak lagi. Angklung Daeng Soetigna pun mulai digunakan dan diajarkan di sekolah-sekolah. angklung/gambar: tomita.web.id KAA/gambar: serambipirous.com Angklung diatonis ciptaan Daeng Soetigna semakin terkenal ketika beliau mendapat kesempatan memainkan angklung ciptaannya dalam forum Perundingan Linggarjati pada 12 November 1946. Setelah itu, Daeng dengan angklungnya semakin berkibar dalam berbagai acara baik nasional maupun internasional. Di antaranya; Konferensi Asia Afrika (Bandung, 1955), World Fair (New York, 1964), pertunjukan di Malaysia, Belanda, Perancis. bung karno/KAA/newsdetik:gambar Atas jasa beliau dalam bidang kesenian, khususnya musik angklung,
pada tahun 1968 Presiden Soeharto memberikan penghargaan Satya Lencana Kebudayaan, dan kembali tahun 2007 mendapatkan Anugerah Bintang Budaya Parama Dharma dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bahkan nama beliau diusulkan mendapat gelar pahlawan nasional dari Jawa Barat dalam bidang seni dan budaya. Daeng Soetigna wafat di Bandung pada 8 April 1984 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung. Untuk mengenang beliau, angklung ciptaannya kemudian diberi nama kehormatan sebagai Angklung Padaeng. Penghargaan yang Diterima Piagam Penghargaan, atas Jasanya Dalam Bidang Kesenian Khususnya dan Kebudayaan Pada Umumnya, dari Gubernur Jawa Barat Brigjed Mashudi, 28 Februari 1968. Piagam Penghargaan, dalam rangka mendorong pertumbuhan, pemekaran dan pengembangan keseniang angklung di ibukota, dari Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, 10 September 1968. Tanda Kehormatan Satya Lencana Kebudayaan, dari Presiden Republik Indonesia, Jend. Soeharto, 15 Oktober 1968. Piagam Penghargaan, atas jasa dalam pembinaan dan pengembangan seni daerah, khususnya seni Angklung, dari Gubernur Jawa Barat H.A. Kunaefi, 17 Agustus 1979. Piagam Penghargaan, sebagai perintis Pembangunan Pariwisata Jawa Barat, dari Gubernur Jawa Barat, R. Nuriana, 18 Februari 1994. Piagam Penghargaan, seniman angklung yang telah berkreasi dan berkarya mengharumkan nama Jawa Barat di tingkat Nasional, dari Gubernur Jawa Barat, Danny Setiawan, 21 Juli 2005. Piagam Penghargaan dan Metronome Award 2006, sebagai pengembang musik tradisional Angklung, dari Pusat Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu, dan Penata Musik Rekaman Indonesia, 21 Juli 2005. Penghargaan Nasional Hak Kekayaan Intelektual 2013, Pencipta Angklung, Menteri Hukum dan Hak Asasi Republik Indonesia, Amir Syamsudin, 26 April 2013.
No comments:
Post a Comment