DONASI PENGEMBANGAN

DONASI PENGEMBANGAN
A/N. HARDIANTO
REKENING BCA : 2839671258

Tuesday, 1 January 2019

PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR BIDANG STUDI ANGKLUNG UNTUK SATUAN PENDIDIKAN SMP (CONTOH)







PARTITUR ANGKLUNG JASAMU GURU (ARR. HARDIMS)


















PARTITUR ANGKLUNG MOJANG PRIANGAN (ANGKLUNG ARRANGEMENT BY. HARDIMS)









ANGKLUNG PADAENG, ANGKLUNG UNTUK MENDIDIK MUSIK

Secara historis tujuan berkesenian di Indonesia selalu berkaitan dengan nilai manfaat yang dibawa oleh kesenian tersebut. Walau pada awalnya kesenian tersebut tidak dibuat untuk itu namun pada perkembangannya kesenian tersebut menjadi media untuk mencapaikan nilai-nilai atau pesan-pesan yang dikehendakinya.
Contoh penggunaan kesenian di dalam syiar Islam merupakan contoh yang nyata. Penggunaan wayang sebagai media dakwah dianggap efektif untuk menengahi perbedaan yang mencolok antara tradisi masa pra Islam dengan era Islam. Tidak  hanya dikalangan Islam, penggunaan kesenianpun kerap ditemui di penganut agama lainnya yang memiliki pandangan yang sama tentang bagaimana mencapai efektivitas dari syiar yang dilakukan,

Penggunaan Kesenian Bangklung yang berkembang di daerah Garut merupakan contoh lain dari penggunaan kesenian tersebut. Penggabungan alat musik Terbang dan Angklung membuat kesenian ini menjadi memiliki multi fungsi. Disamping sebagai alat hiburan juga memiliki fungsi untuk mennyampaikan pesan-pesan keagamaan
Bukan hanya syiar keagamaan, kesenian pun kerap kali dijadikan sebagai media penyampaian pesan-pesan pembangunan oleh pemeringah. Pengunaan calung khususnya di Jawa Barat kerap keli menjadi media yang efektif untuk menjembatani pemerintah dengan rakyat di dalam memahai proses pembangunan yang dilakukan. Tentunya penggunaan kesenian pun berlaku di daerah-daerah lainnya yanga tentunya memiliki keberagaman yang disesuaikan dengan keadaan daerahnya.

Tahun 1968 melalui SK Mentri tahun 082 angklung ditetapkan sebagai media pendidikan musik. SK ini sepertinya menunjukan perlakukan yang luar biasa terhadap angklung. (Sepengetahuan penulis belum ada alat musik yang dikukuhkan oleh surat keputusan setingkat mentri.)  Hal-hal yang menjadi sandarana penetapan tersebut itu dapat dilihat dari  nilai manfaat yang menyertai dari alat musik ini. Angklung dianggap sebagai alat musik yang memiliki dampak  positif bagi perkembangan karakter orang yang memainkannya. kerjasama, saling memahami, kebersamaan merupakan nilai-nilai  positif yang diakibatkan oleh alat musik ini disampin nilai-nilai positif lain yang akan dibahas pada bahasan  yang lain.

Tahun 1938 Daeng Soetigna menjadikan alat musik yang awalnya hanya dimainkan oleh pengemis dan anak-anak menjadi alat musik yang pada akhirnya pada tahun 2010 ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan dunia. Walaupun didalam penetapan tersebut tidak disebutkan jenis angklung yang ditetapkan, namun secara prinsipil sumbangsih angklung yang bertangganada diatonis kromatis yang dikreasi oleh Daeng Soetigna memiliki andil yang sangat besar bagi penyebaran angklung ke seluruh penjuru dunia.

Apakah tujuan awal dari Daeng Soetigna di dalam mengkreasi alat musik angklung yang bertangganada diatonis kromatis tersebut?

Sebagai seorang guru, Daeng Soetigna mengalami kendala di dalam menyampaikan materi bahan ajarnya. Keterbatasan sarana pendukung saat itu membuat seorang Daeng Soetigna harus memutar otak agar apa yang diamanatkan kurikulum dapat tersampaikan. Tidak tahu apakah ekplorasi Daeng Soetigna ini mencakup alat musik lainnya,  namun pada akhirnya Daeng Soetigna menggagas sekaligus mewujudkan angklung yang bertangganada diatonis kromatis, dan ternyata pada akhirnya angklung  mampu memberikan dampak yang positif bagi tercapainya tujuan pembelajaran yang dilakukannya.

Di dalam mengajarkan angklung yang digagasnya Daeng Soetigna menerapkan prinsip 5 M (Murah, Mudah, Mendidik, Masal dan Meriah). Barangkali akan menjadi bahasan selanjutnya mengenai prinsip keseluruhan 5 M ini. Hal mana mengingat aspek yang dapat dikaji mengenai 5 M tersebut. Namun dalam kesempatan ini M untuk kata mendidik menjadi bagian yang menjadi sentral pembahasannya.

Daeng Soetigna menggagas angklung yang bertangganada diatonis kromatis pada mulanya adalah untuk mencari solusi agar tujuan pendidikan musik yang dilakukan pada anak didiknya dapat tercapai. Materi-materi pokok seperti notasi, tangganada, dinamis dan istilah musik lainnya merupakan tujuan utama yang harus dicari solusinya ditengah ketersediaan alat musik pada waktu itu yang tentunya didak cukup memadai.
Dari hal tersebut di atas dapat terindikasi bahwa angklung yang bertangganada diatoniskromatis tersebut dibuat dengan satu tujuan yaitu untuk melakukan pendidikan musik. Mengenalkan musik barat (sistem tonal) kepada anak didiknya dengan menggunakan angklung sebagai medianya. Tidak meliputi tujuan pendidikan karakater seperti yang tersurat dalam SK No. 082 tahun 1968 tersebut.

Pemilihanan angklung menjadi angklung melodi dan angklung pengiring merupakan indikasi lain dari tujuan pendidikan musik itu sendiri. Ditambah dengan adanya alat musik tambahan seperti kontra bas menjadikan sajian musik yang dimainkannya menjadi utuh.

Pada perkembangan selanjutnya ternyata bahwa angklung memiliki pengaruh yang posistif terhadap perkembangan karakter orang yang memainkannya yang kemudian dijadikan dasar penetapan SK penetapan angklung sebagai media pendidikan musik di sekolah mereupakan hal lain sebagai dampak dari tujuan pertama tersebut. (wallahualam)















BIOGRAFI SINGKAT BAPAK ANGKLUNG DAENG SOETIGNA


Biografi Singkat Nama lengkap Daeng Sutigna adalah Mas Daeng Soetigna, lahir di Garut pada 13 Mei 1908. Beliau merupakan anak keturunan bangsawan Sunda, oleh karena itu Daeng Soetigna berkesempatan mengenyam pendidikan zaman Belanda yang kala itu masih sangat terbatas bagi kalangan pribumi.  daeng soetigna/gambar: kompasiana Nama "Daeng" konon diberikan oleh orang tuanya karena sang ayah mempunyai sahabat yang pandai, dan sahabat ayahnya tersebut berasal dari daerah Makassar yang mempunyai gelar "Daeng". Dari hal itulah, ibunda beliau mengusulkan nama "Daeng" dengan harapan tumbuh menjadi orang yang pandai. Riwayat Pendidikan Daeng Soetigna menamatkan pendidikan HIS (Hollandsch-Inlandsche School) Garut pada tahun 1921, kemudian melanjutkan ke Sekolah Raja (Kweekschool) Bandung pada tahun 1922 dan lulus tahun 1928 saat  Kweekscholl telah diubah namanya menjadi HIK (Hollands Islandsche Kweekschool). Setelah selesai menyelesaikan pendidikannya, Daeng berkesempatan menjadi seorang pengajar. Beliau pernah mengajar di Schakelschool Cianjur pada tahun 1928, pernah juga mengajar di HIS Kuningan pada tahun 1931. Ketika mengajar di HIS itulah, Daeng Soetigna mendalami keseniang angklung karena beliau memang sangat menggemarinya. 

 Daeng sempat juga mengikuti kursus B-1 (setara D-3) pada tahun 1954, dan berhasil lulus ujian akhir. Namun Pak Daeng tidak mendapat ijazah Diploma, karena menurut panitia dia tidak berhak. Setelah itu, pada tahun 1955, ia dikirim bersekolah di Teacher's College Australia sebagai salah satu kontingen dalam program Colombo Plan. Sejarah Singkat Angklung Diatonis Pada suatu hari di tahun 1938, ada dua pengemis yang datang ke rumah Daeng Soetigna. Mereka memainkan alat musik angklung dengan nada pentatonis (da, mi, na, ti, la, da). Hati Daeng merasa bergetar mendengar permainan musik tersebut, sampai-sampai beliau membeli angklung pentatonis tersebut. Setelah beliau memiliki angklung tersebut timbullah keinginannya untuk membuat angklung diatonis. Namun beliau merasa tidak bisa membuat angklung, sehingga beliau mulai belajar kepada pakar angklung yang ada di daerahnya. Setelah sekian lama belajar, akhirnya beliau dapat membuat angklung diatonis. Kemampuan beliau dalam berkreasi angklung diatonis tak lepas dari kepiawaiannya memainkan alat musik gitar dan piano. daeng soetigna/gambar: tomita.web.id Hasil dari kerja kerasnya pun membuahkan hasil. Angklung diatonis ciptaan Daeng mulai dikenal masayarakat luas dan mulai dimainkan oleh khalayak. Angklung buatannya dinilai mampu mengeksplorasi nada-nada lebih banyak lagi. Angklung Daeng Soetigna pun mulai digunakan dan diajarkan di sekolah-sekolah. angklung/gambar: tomita.web.id KAA/gambar: serambipirous.com Angklung diatonis ciptaan Daeng Soetigna semakin terkenal ketika beliau mendapat kesempatan memainkan angklung ciptaannya dalam forum Perundingan Linggarjati pada 12 November 1946. Setelah itu, Daeng dengan angklungnya semakin berkibar dalam berbagai acara baik nasional maupun internasional. Di antaranya; Konferensi Asia Afrika (Bandung, 1955), World Fair (New York, 1964), pertunjukan di Malaysia, Belanda, Perancis. bung karno/KAA/newsdetik:gambar Atas jasa beliau dalam bidang kesenian, khususnya musik angklung, 

pada tahun 1968 Presiden Soeharto memberikan penghargaan Satya Lencana Kebudayaan, dan kembali tahun 2007 mendapatkan Anugerah Bintang Budaya Parama Dharma dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bahkan nama beliau diusulkan mendapat gelar pahlawan nasional dari Jawa Barat dalam bidang seni dan budaya. Daeng Soetigna wafat di Bandung pada 8 April 1984 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung. Untuk mengenang beliau, angklung ciptaannya kemudian diberi nama kehormatan sebagai Angklung Padaeng. Penghargaan yang Diterima Piagam Penghargaan, atas Jasanya Dalam Bidang Kesenian Khususnya dan Kebudayaan Pada Umumnya, dari Gubernur Jawa Barat Brigjed Mashudi, 28 Februari 1968. Piagam Penghargaan, dalam rangka mendorong pertumbuhan, pemekaran dan pengembangan keseniang angklung di ibukota, dari Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, 10 September 1968. Tanda Kehormatan Satya Lencana Kebudayaan, dari Presiden Republik Indonesia, Jend. Soeharto, 15 Oktober 1968. Piagam Penghargaan, atas jasa dalam pembinaan dan pengembangan seni daerah, khususnya seni Angklung, dari Gubernur Jawa Barat H.A. Kunaefi, 17 Agustus 1979. Piagam Penghargaan, sebagai perintis Pembangunan Pariwisata Jawa Barat, dari Gubernur Jawa Barat, R. Nuriana, 18 Februari 1994. Piagam Penghargaan, seniman angklung yang telah berkreasi dan berkarya mengharumkan nama Jawa Barat di tingkat Nasional, dari Gubernur Jawa Barat, Danny Setiawan, 21 Juli 2005. Piagam Penghargaan dan Metronome Award 2006, sebagai pengembang musik tradisional Angklung, dari Pusat Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu, dan Penata Musik Rekaman Indonesia, 21 Juli 2005. Penghargaan Nasional Hak Kekayaan Intelektual 2013, Pencipta Angklung, Menteri Hukum dan Hak Asasi Republik Indonesia, Amir Syamsudin, 26 April 2013.


LAGU CINTA UNTUK KEKASIH